Pembangunan Pesantren Tahfiz Yatim Program Yayasan Mandiri Amanah Tahun 2021
Komentar

Pembangunan Pesantren Tahfiz Yatim Program Yayasan Mandiri Amanah Tahun 2021

Komentar

Terkini.id, Bogor – Mengawali tahun 2021 nanti, Yayasan mandiri Amanah meluncurkan progam unggulan yakni pembangunan Pesantren Tahfiz (Mukim) bagi anak-anak yatim dhuafa.

Pembangunan Pesantren Tahfiz Yatim terletak di Desa Wargajaya Kecamatan Sukamakmur Bogor di atas lahan seluas 2500 meter persegi, tidak jauh dari lokasi yayasan.

Saat ini lahan yang sudah dibebaskan adalah 900 meter persegi.

Kenapa dibangun di lokasi tersebut, Ketua Pembina Yayasan Mandiri Amanah, Dwi Cahyono mengungkapkan alasannya. “Desa Sirnajaya adalah lokasi binaan Yayasan Mandiri Amanah yang mana satu RW di sana terdapat 40 anak yatim,” ucap Dwi di Bogor, Kamis, 26 November 2020. 

Lebih lanjut Dwi mengatakan, Pesantren Tahfiz ini dibangun untuk memberikan pendidikan yang sistematis dan terpadu khususnya pendidikan agama (Tahfiz)  bagi anak – anak yatim di daerah tersebut.

Baca Juga

Kendati demikian, Dwi menyadari pembangunan pesantren ini tidak mudah dan tidak murah. Karena itu, ia mengajak masyarakat yang berkemampuan untuk bisa ikut berdonasi membantu pembangunannya.

“Untuk anggaran penyiapan lahan 1 Milyar dan total anggaran sebesar 1,5 Milyar,” ucapnya.

Yayasan Mandiri Amanah telah banyak memberikan manfaat bagi warga sekitar mulai dari pendidikan, penyediaan air bersih, pemberdayaan ekonomi dan program-program sosial lainnya.

Yayasan Mandiri Amanah merupakan Lembaga sosial yang bergerak dalam pengelolaan sedekah untuk pemberdayaan anak Yatim dan Dhuafa di Desa Sirnajaya, Bogor.

Sirnajaya Adalah sebuah desa yang terletak di daerah pegunungan Sukamakmur di ketinggian 850 Meter di atas permukaan laut.

Untuk menuju ke lokasi bisa melewati Citeureup dan pasar jonggol sejauh kurang lebih 32 km dengan waktu tempuh sekira 1 jam perjalanan dengan kendaraan mobil.

“Dalam perjalanannya Gerakan pemuliaan anak yatim meluas pada penanganan masalah sosial yang tumbuh dari belum tersedianya lapangan kerja, letak geografis yang tidak mudah di jangkau, rendahnya pendidikan para orang tua, nikah di usia muda, dari kondisi ini maka tumbuh pertanyaan kenapa tidak membangun lembaga sosial yang manfaatnya langsung di terima oleh mereka yang lebih membutuhkan,” tandas Dwi.